bruk!
ia menjatuhkan buku yang dipegangnya, matanya menatapku dengan tajam.
Sepertinya ia sudah menyimpan amarahnya sejak tadi. ternyata benar, dia marah
“Sekarang katakan apa maumu!” katanya dengan nada tinggi
“maaf ya,
aku janji deh nggak bakal ngulangin lagi” kataku dengan suara gemetar. aku takut,
dia tak pernah semarah ini sebelumnya. bahkan saat aku kabur dari rumah saat
itu dia hanya menasihatiku dengan bijak atau saat aku bilang aku masih suka
memimpikan mantanku dia hanya diam dan memegang jidatku sambil komat-kamit,
katanya supaya aku tak memimpikan mantanku lagi. Sekarang tidak, dia marah
besar gara-gara dia membaca sms dari mantanku. ku akui itu salahku karena masih menyimpan pesan
darinya tapi aku kira aku sudah menghapus semuanya, aku tak tahu jika masih
tersisa. aku hanya diam rasanya ingin menangis melihatnya seperti ini dia baru
saja membentakku orang yang biasanya memelukku membuatku tersenyum dan akhirnya
tertawa bersamaku. aku memilih untuk diam begitu juga dia, kami terdiam
beberapa lama hanya ada suara pengunjung lain disana. sudah 1 jam kami diam
larut dalam fikiran masing-masing hingga akhirnya dia menggeser posisi duduknya
yang tadinya berhadapan denganku kini dia berada tepat disampingku lalu dia
memutar tubuhku kini sehingga kami berhadapan lagi tetapi dengan jarak yang
lebih dekat, kemudian memelukku erat. Dia membisikkan sesuatu ke telingaku
“maafin aku ya” katanya dengan lembut. aku tak kuasa menahannya, aku menangis
dipundaknya dan aku juga merasakan ada sesuatu yang menetes ke pundakku, aku
rasa dia juga menangis. Lalu ia melepaskan pelukannya dan dia menatapku dengan
tersenyum, aku menatap matanya dan benar matanya memerah dia menangis. dia
membersihkan sisa airmata yang menetes di pipiku dengan tangannya, lalu aku mencoba
untuk memegang tangannya tapi dia melepaskan tanganku membuatku merasa semakin
berdosa. dengan susah payah aku mencoba mengatakan “maaf ya van, aku nggak tau
kalo ternyata masih ada smsnya. aku nggak tau kalo kamu bakal semarah ini.”
“hmm”
jawabnya datar. jantungku berdegup semakin kencang aku takut dia akan marah
lagi dan ternyata dia berdiri dari kursinya dan melangkah pergi aku mulai panik
segera ku bereskan meja, ku masukkan buku, hp dan tempat pensilku kedalam tas
secara tak beraturan dan segera pergi menyusulnya berusaha menyamai langkahnya
dan dia melonjak kaget melihat aku sudah berada di sampingnya. sepertinya dia
bingung, dia menghentikan langkahnya dan mengeryitkan dahinya membuatku gemas
segera kucubit lengannya dia mengaduh kesakitan dan kemudian berkata
“kamu
ngapain ngikutin aku? udah sana balik ntar bangkunya di tempatin orang lain,
payah!”
aku
bingung, lalu ku genggam tangannya “kamu kenapasih? masih marah? maaf.. kan aku
udah bilang maaf terus gimana? jawab dong jangan tinggalin aku sendirian disana
kayak tadi. Kamu tau kan disana banyak cowok aku takut tau!”
dia
membulatkan mulutnya sejenak dan tertawa terbahak-bahak lalu menarikku kembali
ke bangku tadi dan menunjukkan selembar kertas bertuliskan “nadaaaa.. iya udah
dimaafin kok jangan diulangin lagi ya. maaf juga aku tadi bentak kamu, aku Cuma
kesel aja kok mungkin karena banyak tugas kuliah dan ditambah tadi baca sms
itu. maaf ya aku tinggal dulu mau pipis, tadinya aku mau ngomong tapi kamu
nunduk terus jadi aku tulis aja. Love, Devan”
aku
hanya mematung dan aku merasa pipiku memanas dan kurasa sekarang pipiku mulai
memerah, aku malu. aku tak berani menatapnya terlalu banyak kesalahan dan
kebodohan yang aku lakukan hari ini.
dia
mendaratkan kecupan di keningku dan berkata di telingaku “ mukanya diberesin
nad, malu-maluin tau! haha udah ya aku pipis dulu”
aku
semakin lemas dibuatnya, dan aku memandangi tubuhnya yang berjalan menjauh
menuju toilet. tanpa sadar ku tarik tanganku ke keningku, merasakan bekas
kecupan yang didaratkan disana, aku tersenyum penuh haru. beruntungnya aku bisa
memiliki seorang kekasih, sebaik dan sehebat Devan. pria yang ku kenal sudah 1
tahun lamanya dan baru 3 bulan ini menjadi kekasihku. Devan selalu ada kapanpun
aku butuhkan, sejak perkenalan awal kuliah kami merasa cocok banyak kesamaan
dan perbedaan yang menyenangkan diantara kami. untuk masalah olahraga kami
sangat menyukai basket dan itu membuat kami bisa melakukannya bersama-sama.
Tetapi untuk selera makan kami cukup berbeda aku sangat menyukai seafood, devan
alergi seafood dan devan menyukai lemon tea aku cappuccino. perbedaan itu
membuat kami tenang karena kami akan konsentrasi pada makanan kami dan tidak
mengganggu satu-sama lain.
tak
lama kemudian devan kembali dari kamar kecil datang dengan senyum cerah ceria
tak tampak seperti telah terjadi sesuatu yang menegangkan diantara kami. dia
berhenti di depanku dan jongkok berusaha menyamakan tinggi denganku yang sedang
duduk, dia menatap mataku dengan lembut lalu tersenyum dan tiba-tiba menarik
hidungku dengan gemas, aku meronta-ronta mencoba melepaskan tangannya yang
kekar dari hidungku tetapi dia semakin kuat lalu kucubit punggung tangannya dan
akhirnya ia melepaskan tangannya dari hidungku dan dia tertawa puas melihat
hidungku memerah. aku mulai berusaha mengatur nafasku yang baru saja
dihancurkan olehnya, sambil berfikir hal apa yang akan kulakukan untuk
membalasnya tapi sepertinya dia bisa membaca fikiranku lalu dia menarik poniku
lalu berkata “jadi bocah jangan suka dendam, harus ikhlas! kalo lagi dianiaya
berdoa aja, kan doa orang yang teraniaya cepat dikabulkan. haha”
aku
hanya diam, kemudian menggembungkan pipiku tanda aku kesal dengannya. sialnya
dia malah semakin keras tertawa sehingga mengakibatkan beberapa pasang mata
melirik aneh kearah kami, mungkin mereka bingung dengan kami, beberapa jam yang
lalu kami bertengkar lalu saling menangis dan kini tertawa terbahak-bahak. tetapi
dia sepertinya tak peduli, aku membisikkan padanya “woy, sadar kita dimana? itu
orang pada liatin kita dengan tatapan yang seolah-olah bilang kalo kita itu
pasangan paling aneh sedunia tau!” tetapi dia hanya diam sesaat dan melihat
kearahku lalu tertawa lagi dan berkata “malu ya? hahha kan kita limited edition
bukan aneh tolong dibedakan ! yaudah kalo malu pindah yuk” katanya seraya
bangkit dan menggandeng tanganku. aku fikir kita benar-benar akan pindah
meninggalkan tempat ini, pergi ke suatu tempat yang orang-orang itu tidak bisa
melihat kami lagi. ternyata tidak kami hanya pindah meja yang tadinya di nomor
12 dekat kasir sekarang ke meja nomor 6 di dekat pintu masuk. aku terduduk
lemas tak berdaya tak tau harus apa, melihatnya tertawa lepas bahkan semakin
menjadi-jadi itu sangat membuatku tak berdaya tak tau dengan jalan fikirannya.
sepertinya dia sadar aku hanya diam menatapnya jadi ia memutuskan untuk
menyudahi tawanya lalu aku berkata “udah capek belum van? kalo udah temenin ke
nobita-kedai ramen yuk!” aku fikir itu adalah cara yang tepat untuk membujuknya
supaya cepat pergi dari tempat ini. akhirnya dia mau dan kami segera beranjak
pergi meninggalkan tempat drama ini, kami berjalan beriringan menuju tempat parkir
mobil. devan menggandengku, menyatukan jarinya dengan jariku lalu tersenyum
kearahku aku membalasnya dengan tatapan sinis. devan yang merasa gemas lalu
bersiap untuk mencubit hidungku tetapi kini gerakan tanganku lebih cepat dari
pada dia, jadi sebelum tangannya menyentuh hidungku, tanganku sudah lebih dulu
menutupi hidungku dan berlari meninggalkannya. devan mengejarku, kami
benar-benar terlihat seperti anak kecil yang sedang bermain kejar-kejaran. lalu
sampai di depan mobil sport berwarna biru aku terdiam, ada tulisan “Happy
4th month Annyversary my dear ZARA NADA CAMILA keep romantic and awesome” dan kemudian devan membisikkan,” I will always
make you smile, never hurt you and I will help you to forget his charm with all
my charm. Arzachel Devan promise to you, and want you to stay with me, make me
the one and only in your heart like I do Zara Nada Camila?” aku tak bisa
berkata apa-apa mataku berkaca-kaca dan aku menganggukan kepala perlahan. dalam
hati aku tak henti mengucap terima kasih kepada Tuhan dan berharap semoga aku
tak mengecewakan pria sebaik devan dan begitupun dia. sunnguh aku tak pernah
menyangka akan mendapatkan hal seindah ini, Tuhan memang maha Pembuat rencana
yang sangat indah. Tuhan menyiapkan devan untukku, menyembuhkan lukaku setelah
aku disakiti oleh kekasih pertamaku. Devan pembuat kejutan yang pintar, dia
menyiapkan semuanya dengan rapi, bahkan aku lupa dengan hari ini. tetapi dia
tidak!
aku
tahu, pacar pertama itu tak berarti cinta pertama, dan aku rasa aku
menemukannya, menemukan cinta pertamaku, dan itu ada pada dia. Arzachel Devan.
0 komentar:
Posting Komentar